Bangkitnya Sektor Properti, Milenial Mudah Punya Rumah

0

Beliruma – Webinar Bangkitnya Sektor Properti, Milenial Mudah Punya Rumah, diselenggarakan dengan tujuan untuk milenial dapat memanfaatkan skema pembiayaan seperti Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), yang disediakan oleh Bank seperti memilih skema KPR/KPA sebagai pilihan pendanaan pembelian hunian pertama. Generasi muda dapat dengan mudah memanfaatkan skema tersebut untuk meringankan pembayaran pembelian rumah.

Dalam webinar tersebut Muhamad Ihsan CEO dan Chief Editor Warta Ekonmi Group menyampaikan data bahwa daya beli masyarakat meningkat yakni adanya inflasi terkendali, penjualan mobil penumpang secara “wholesale” naik, pemberian THR lebaran, gaji ke 13 ASN pada triwulan 2-2023, penerimaan PPh pasal 21 tumbuh, dan nilai transaksi uang elektronik, serta kartu debit dan kredit tumbuh. 

Kemudian ia juga menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 2-2023 tumbuh sebesar 5,17 persen, meskipun melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekonomi Indonesia ini tumbuh konsisten di atas 5 persen hingga triwulan 2-2023. Dan kontribusi sektor properti ini menyumbang 16% pada PDB, menyerap tenaga kerja 13,8 juta, menggerakan 185 subsektor industri lainnya.

Senada yang pernah disampaikan oleh Presiden Jokowi pada masa pandemi covid 19 yang lalu bahwa sektor properti berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) sebesar 16% dan menyerap tenang kerja sebesar 13,8 juta orang per tahun. Sektor perumahan dan properti memiliki multiplier effect yang dapat menggerakan 185 subsektor industri lainnya, seperti material bahan bangunan, furniture,  perdagangan retail sampai pembiayaan penjualan domestik sepeda motor juga naik.

Pada kesempatan yang sama juga hadir Imelda Alini Pohan, Direktur Pemasaran Perum Perumnas yang menyampaikan bahwa Ia menyampaikan bahwa menurut data Kementerian PUPR tahun 2019, ada 81 juta milenial yang belum memiliki rumah. 

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah image-2-1024x491.png

“Hal itu membuat kami, Perumnas,  memberikan konsep hunian untuk milenial yakni kemudahan mobilitas, kehidupan yang simpel, biaya hidup terjangkau, meningkatkan produktivitas, ramah lingkungan, dan cinta Indonesia. 

Kami menawarkan hunian milenial diantaranya Samesta Tanjung Barat, Mahata Serpong, Mahata Margonda, Mahat Cengkareng, Mahata Karawang, Mahata Parung Panjang, Samesta Dramga dimana semua hunian tersebut terintegrasi dengan Transit Oriented Development (TOD) ujar Imelda Kamis, 31 Agustus 2023 melalui  Live Stream Youtube Warta Ekonomi dan zoom.

Konsep TOD ini penghuni dapat menggunakan KRL dengan waktu tempuh rata-rata 30 menit atau sekitar 25 menit sampai sudirman dengan biaya transportasi 4 ribuan, selain itu bebas polusi dan produktivitas meningkat tanpa perlu berlama-lama di jalan.

Disisi pembiayaan hadir Bonai Subiakto, Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF (Persero), dalam paparannya SMF mendukung kepemilikan rumah bagi generasi milenial dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Menurut data yang ia sampaikan bawah tantangan di sektor pembiayaan perumahan masih tinggi antara lain dari pertumbuhan outstanding KPR bahwa pertumbuhan kredit, termasuk KPR, lebih banyak dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi perekonomian ketimbang kebijakan moneter BI. 

Terjadi penguatan pertumbuhan KPR di bulan Meri 2023 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, akan tetapi pertumbuhan KPR yang menguat ini bisa kembali terkoreksi akibat meningkatnya ketidakpastian global akibat penurunan US credit rating.

Kemudian dari pertumbuhan Penjualan Rumah ada perlambatan pertumbuhan KPR berimplikasi terhadap penuruanan penjualan rumah. Posisi di triwulan ii-2023 menunjukan bahwa hanya rumah tipe besar yang memiki pertumbuhan penjualan yang positif.

Konstribusi sektor perumahan dalam pertumbuhan ekonomi memiliki potensi dampak dari kenaikan permintaan output dengan nilai Rp. 1 triliun di sektor perumahan yakni meningkatkan perekonomian nasional Rp. 1,3 triliun sampai Rp 1,9 triliun, menurunkan kemiskinan nasional sebanyak 4,1 ribu sampai 6,7 ribu individu, menyerap tenaga kerja sebanyak 1,7 – 6,5 ribu individu, menciptakan Rp. 600 juta sampai Rp 1,5 miliar aktivitas di sektor pendidikan, dan menciptakan Rp. 800 juta sampai dengan Rp. 1,5 miliar di sektor kesehatan.

Bonai juga menyampaikan menurut survei BTN 2021 kepada milenial dengan penghasilan rata-rata kurang dari 10 juta menyampaikan alasan masyarakat belum memiliki rumah antara lain belum menemukan rumah yang tepat, seperti lokasi jauh, tipe tidak sesuai, belum mampu secara finansial, belum mampu bayar DP, belum mampu bayar KPR, dan masih ada cicilan lain, serta belum perlu dan belum terpikir. 

Kemudian sebagai komitmen perseroan dalam mengembangakn alternatif pembiayaan perumahan yang dapat menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas dan implementasi perluasan mandat, pada bulan Juni 2023 SMF telah mencairkan pembiayaan skema Sewa-Beli (Rent to Own).

“Rent To Own ini memiliki skema masyarakat mengajukan minat ke agregator, lalu agregator melakukan transaksi jual beli dengan developer dengan pembiayaan melalui lembaga keuangan. Lembaga keuangan melakukan  refinancing ke SMF, kemudian pembayaran sewa oleh masyarakat langsung ke lembaga keuangan,” ujar Bonai.

Rent To Own menyasar ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum terlayani atau ditolak untuk mendapatkan fasilitas perumahan subsidi. Masyarakat single atau keluarga baru dengan target hunian dekat dengan pusat aktivitas.  

Kemudian ada pembiayaan program KPR fasilitas Likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang merupakan program pemerintah berbentuk fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). 

 

Pendanaan FLPP ini berasal dari pemerintah/APBN melalui penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BP Tapera dan PT SMF. PT SMF berperan menyediakan porsi dana 25% yang ditujukan kepada Bank Penyalur dengan melakukan leverage atas PMN yang diterima melalui penerbitan surat utang. Hal ini dapat menurunkan beban fiskal pemerintah.  

Kemudian ada pembiayaan mikro perumahan yakni fasilitas pinjaman untuk mendukung pembiayaan mikro dengan tujuan membangun/memperbaiki rumah secara bertahap (incremental housing), yang dapat berupa pembelian kavling tanah, pembuatan sertifikasi lahan, pemagaran, konstruksi bangunan, perbaiakan rumah, dan lainnya sepanjang untuk kepentingan rumah.

Hadir pula Lukas Bong Ketua Umum AREBI (Asosiasi Real Estate Broker Indonesia) ia menyampaikan bahwa pola dan karakteristik milenial dalam pembelian properti antara lain adanya teknologi, akses, fleksibilitas dan mobilitas, harga yang terjangkau, investasi jangka panjang, dan pengaruh tren visual.

Seminar ini menghadirkan Ir . Fitah Nur selaku Direktur Umum yang mewakili  Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Dr. Pinpin Bhaktiar CPM Asia, Entrepreneurship Scientist dan Founder SECI Institue sebagai Moderator, dan  MC Vania Martadinata.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *